Hukum Jual Beli Tanpa Ijab Dan Qobul

Hukum Jual Beli Tanpa Ijab Dan Qobul
Hukum Jual Beli Tanpa Ijab Dan Qobul

dakwahpedia.com. Jual beli adalah akad yang tidak bisa dihindari oleh setiap manusia, dalam artian manusia selalu membutuhkan orang lain baik dari segi jual beli atau pun hal yang lainnya. Namun yang perlu diketahui adalah dalam akad jual beli terdapat syarat dan rukun yang harus dipenuhi yang bertujuan agar akad jual beli menjadi sah dan harya yang diperoleh juga menjadi harta yang halal.

Salah satu rukun jual beli adalah adanya shigat/ijab dan qobul atau ucapan timbal balik antara penjual dan pembeli seperti ucapan penjual “Aku Menjual Mangga Ini Dengan Harga Rp. 10.000” dan ucapan pembeli “Aku Membeli Mangga Ini Dengan Harga Rp. 10.000”. Tapi demikian, praktek shighat begitu jarang dipraktekan dalam masyarakat saat melakukan jual beli. Praktek yang ada cukup pembeli memberikan uang dan mengambil barang yang dibelinya. Lantas apakah jual beli ( tanpa shigat ) dihukumi sah ?

Dalam kajian fiqih muamalah, jual beli seperti itu disebut dengan jual beli muathah atau jual beli tanpa shigat. Menurut ulama madzab syafi’i jual beli yang seperti itu tidak sah karena rukunnya tidak terpenuhi yakni harus adanya shigat, sebagaimana telah disebutkan dalam kitab fiqih empat madzab :

الشافعية – قالوا: لا ينعقد البيع إلا بالصيغة الكلامية أو ما يقوم مقامها من الكتاب والرسول، وإشارة الأخرس المعلومة، أما المعاطاة فإن البيع لا ينعقد بها

Artinya :

Ulama syafi’i berkata : tidak sah jual beli tanpa adanya sighat ucapan maupun tulisan, utusan, isyarat orang bisu yang mudah dipahami, adapun jual beli muathah tidak sah.

Namun jual beli tanpa sighat menurut ulama Madzab Hanafi, Maliki Dan Hanbali dianggap sah selam hal itu menjadi tradisi dan ada ridha diantara penjual dan pembeli, dan setiap jual beli yang menunjukan keridhaan dianggap sah.

Pendapat itu juga didukung oleh sebgian golongan Madzab Syafi’i seperti Imam Nawawi, Imam Baghowi Dan Imam Mutawalli mereka berpendapat sebgai berikut :

وقد اختار جماعة من الشافعية منهم النووي والبغوي والمتولي صحة انعقاد بيع المعاطاة في كل ما يعده الناس بها بيعاً، لأنه لم يثبت اشتراط لفظ، فيرجع

——–

ص3313 – كتاب الفقه الإسلامي وأدلته للزحيلي – بيع المعاطاة – المكتبة الشاملة

Artinya :
Jama’ah dari golongan Madzab Syafi’i seperti Imam Nawawi, Imam Baghowi dan Imam Mutawalli memilih sahnya jual beli muathah disetiap sesutu yang dianggap jual beli oleh manusia karena tidak ada ketetapan tentang syarat adanya ucapan.

Kesimpulannya adalah konsep jual beli harus ada shigat namun seiring berkembangnya zaman sighat kurang begitu diperhatikan saat jual beli apalagi di era sekarang, oleh karena itu ajaran islam memberikan solusi hukum yang memperbolehkan tidak adanya sighat pada setiap sesuatu yang dianggap jual beli oleh kalangan manusia. Namun Imam Ghozali berpendapat jual beli yang tanpa sighat hanya berlaku pada jual beli barang yang tidak begitu berharga, artinya setiap jual beli barang yang berharga maka harus ada shigat jual beli menurut Imam Ghozali.

Penulis konten telah berpengalaman dalam bidang ilmu agama islam dan telah kuliah di fakultas syari’ah progam studi hukum islam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Anda mungkin suka juga :