Zuhud Menurut Hatim al-Ashom

Zuhud Menurut Hatim al-Ashom

Ada seseorang yang datang menemui Hatim Al Asham, lalu dia bertanya, “Wahai Abu Abdurrahman, apa permulaan zuhud, pertengahan zuhud, dan akhir zuhud?” Hatim menjawab, “Permulaan zuhud adalah yakin kepada Allah, pertengahannya adalah sabar, dan akhirannya adalah ikhlas.

Hatim berkata, ‘Aku menyeru manusia kepada tiga hal yaitu, kepada makrifat, kepada keyakinan dan kepada tawakkal.

Sedangkan makrifat terhadap qadha adalah, engkau mengetahui, bahwa qadha itu adil dari-Nya. lalu apabila engkau tahu bahwa qadha itu adil dari-Nya, maka tidak layak bagimu untuk mengadu kepada manusia, atau salah sangka, atau marah, akan tetapi selayaknya engkau ridha dan bersabar.

Sedangkan yakin adalah putus asa dari makhluk. Tanda – tanda putus asa adalah tidak mengadukan qadha kepada para makhluk.

Apabila engkau mengadukan qadha kepada mereka, maka engkau merasakan ketenangan karena mereka, mereka juga merasa ketenangan karena dirimu.

Namun apabila engkau tidak mengadukan qadha kepada mereka, maka engkau berhias dan pura-pura kepada mereka, lalu apabila engkau melakukan hal itu, berarti engkau telah berada dalam perkara yang besar, dan
mereka juga berada dalam perkara yang besar dan pura-pura.

Namun apabila engkau mengadukan kematian kepada mereka, berarti engkau menyayangi mereka dan berputus asa dari mereka.

Sedangkan tawakal adalah ketenangan hati dengan janji-janji Allah Ta ala. Apabila engkau merasakan ketenangan dengan janji (Allah), maka engkau tidak membutuhkan kekayaan, dan engkau juga tidak akan fakir selamanya.”

Hatim berkata, “Zuhud itu adalah kata kerja, sedangkan zahid adalah orang yang melakukan perbuatan zuhud.

Zuhud memilki tiga syariat, pertama adalah sabar dengan makrifat, istiqamah dalam tawakal, dan ridha dengan pemberian. Penjelasan tentang sabar dengan makrifat adalah apabila kesulitan diturunkan, maka engkau akan tahu dengan hatimu bahwa Allah selalu memperhatikan keadaanmu, kemudian engkau bersabar dan introspeksi, serta mengetahui pahala kesabaran itu.

Mengetahui pahala kesabaran adalah, engkau menempatkan jiwa dalam kesabaran tersebut, dan mengetahui bahwa setiap sesuatu memiliki waktu. Sedangkan waktu ada dua macam, adakalanya kelapangan yang datang dan adakalanya kematian yang datang. Apabila dua hal ini berlaku pada dirimu, maka saat itu engkau adalah orang yang mengetahui lagi sabar.

Sedangkan istiqamah dalam bertawakal, maka tawakal adalah, penetapan dengan lisan dan pembenaran dengan hati. Apabila dia yakin lagi jujur, bahwa Dia yang memberikan rezeki, maka tidak diragukan lagi bahwa dia istiqamah. Istiqamah memiliki dua arti yaitu, engkau tahu bahwa sesuatu milikmu, dan sesuatu bukan milikmu.

Kemudian sesuatu milikmu tidak akan meninggalkanmu, sedangkan yang bukan milikmu tidak akan engkau dapatkan, meski telah berusaha mendapatkannya.

Apabila hartamu tidak akan meninggalkanmu, maka selayaknya bagimu untuk menjadi orang yakin lagi tenang. Namun apabila engkau mengetahui bahwa engkau tidak akan memperoleh sesuatu
yang bukan milikmu, maka selayaknya engkau tidak mengharap untuk mendapatkan.

Tanda-tanda tentang kebenaran akan dua hal ini adalah, engkau sibuk dengan modal perdagangan. Sedangkan ridha dengan pemberian dapat dijabarkan dalam dua hal yaitu, pemberian yang engkau inginkan, sehingga engkau wajib bersyukur dan memuji. Sementara pemberian yang tidak engkau inginkan, maka engkau wajib ridha dan sabar.

Penulis konten telah berpengalaman dalam bidang ilmu agama islam dan telah kuliah di fakultas syari’ah progam studi hukum islam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Anda mungkin suka juga :