Nasehat Emas Dari Imam Hasan al Bashri

Nasehat Emas Dari Imam Hasan al Bashri

Abdullah bin Muhammad menceritakan kepada kami, ia berkata: Abu Thalib bin Sawadah menceritakan kepada kami, ia berkata: Yusuf bin Bahr al Marwazi menceritakan kepada kami, ia berkata: Abdul Wahhab bin Atha’ menceritakan kepada kami, ia berkata: Abu Ubaidah Sa’id bin Razin menceritakan kepada kami, ia berkata:

Aku mendengar Al Hasan memberikan nasehat kepada para sahabatnya, ia berkata : ‘Sesungguhnya dunia adalah negeri amal. Barangsiapa bergaul dengannya dengan sikap kurang untuknya dan zuhud terhadapnya, maka ia akan bahagia karenanya , dan Pergaulannya akan manfaat baginya. Dan barangsiapa yang bergaul dengan menginginkanya dan mencintainya, maka ia akan sengsara karenanya, dan nasibnya dari Allah &, kemudian mengantarkannya kepada apa yang ia tidak dapat bersabar dan tidak kuat terhadapnya, yaitu adzab Allah. Maka sebenarnya dunia itu kecil, kesenangannya sedikit, dan kefanaannya telah ditetapkan atasnya.

Sementara Allah menguasai pewarisnya dan semua penghuninya. Mereka akan dipindahkan ke tempat-  tempat yang tidak akan usang, dan tidak akan dirubah oleh panjaganya.

Baca juga : Kalam hikmah imam hasan al bashri

Di sana tidak ada umur yang berakhir sehingga mereka tidak akan mati, dan walaupun telah lama tinggal di sana, mereka tidak akan pernah keluar.

Maka waspadalah dan tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah-terhadap tempat tersebut, dan banyak-banyaklah mengingat tempat kembali itu.

Wahai anak adam, putuskanlah kebanyakan keinginanmu terhadap dunia, atau tali – talinya  akan memotongmu sehingga terputuslah ingatan tentang

untuk apa dirimu diciptakan, dan hatimu akan menyimpang dari kebenaran dan condong kepada dunia sehingga membinasakanmu.

Itu tempat-tempat buruk yang telah jelas bahayanya, terputus manfaatnya selamanya, demi Allah, para penghuni mengalami penyesalan panjang yang tak berkesudahan dan adzab yang keras.

Karena itu, wahai anak Adam, jangan engkau terpedayanya, janganlah merasa aman selama tidak ada jaminan darinya. Karena huru – hara besar dan kedahsyatan segala hal telah di depanmu, engkau terlepas darinya hingga sekarang, dan engkau pasti mengalami itu,

dan menghadiri berbagai peristiwa itu. Mungkin Allah akan melindungimu dari keburukannya dan menyelamatkanmu dari huru – hara, dan mungkin juga kebinasaan yang akan menimpamu.

Itu tempat-tempat yang kerasa yang sangat menakutkan, mengerikan dan sangat mengguncang hati. Karena itu, bersiap-siaplah, dan larilah dari keburukannya. Jangan sampai engkau dibinasakan oleh gemerlap sedikit yang fana, dan janganlah engkau menantikannya, karena hal itu sangat cepat terjadi dalam umurmu.

Maka segeralah songsong ajalmu, dan jangan menangguhkan hingga esok, karena engkau tidak tahu kapan akan menuju Allah.

Ketahuilah, bahwa manusia menjadi bersungguh – sungguh meraih gemerlap dunia sehingga menggalinya di setiap kerumunan, dan semuanya merasa takjub dengan apa yang ia merasa rela dengannya, antusias untuk mendapat tambahan darinya.

Sebenarnya semua hal dari itu yang tidak untuk di jalan Allah Azza, wa jalla dan tidak untuk menaati Allah, maka pemiliknya sungguh telah rugi dan sia – sialah upayanya.

Kasihan engkau, wahai anak adam, tidaklah membahayakanmu apa yang menimpamu dari tekanan-tekanan dunia bila sampai kepadamu kebaikan akhirat. “Bermegah-megahan telah melalaikanmu, Sampai kamu masuk ke dalam kubur”. (Q.S. At- Takaatsur 102: 2). Ini mempermalukan manusia. Bermegah-  megahan telah melalaikan kalian dari surga, padahal telah ada seruan Allah & dan kemuliaan-nya.

Demi allah, sungguh kami telah menyertai orang-orang yang pernah mengatakan, ‘kami tidak memerlukan dunia, bukan untuk itu kami diciptakan’.

Maka mereka pun mencari surga dengan pagi, sore dan begadang. Ya, demi allah, hingga mereka menumpahkan darah mereka untuk itu, dan mengharapkan itu, lalu mereka pun menang dan selamat.

Selamat bagi mereka, tidak seorang dari mereka yang melipat pakaian, tidak pula menjadikanya alas, dan tidaklah engkau menjumpainya kecuali dalam keadaan berpuasa, hina, sedih dan takut, hingga apabila ia masuk kepada keluarganya , bila disuguhkan sesuatu kepadanya maka ia memakannya, dan bila tidak maka ia memakannya, dan bila tidak maka ia diam, tidak menanyakan sedikit pun kepada mereka: apa ini, apa ini.” kemudian ia berkata,

Bukanlah orang yang mati itu lalu beristirahat dengan kamatian, Tetapi kematian adalah mayatnya orang – orang yang hidup

Sumber : Kitab Hilyatul Auliya’

Penulis konten telah berpengalaman dalam bidang ilmu agama islam dan telah kuliah di fakultas syari’ah progam studi hukum islam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Anda mungkin suka juga :